Senin, 15 Maret 2010

Presiden PKS Welcome Obama ke Indonesia


Barack Obama
(istimewa)

INILAH.COM, Bandarlampung - Kepastian kedatangan Presiden Barack Obama masih harus dilihat pada 21 Maret mendatang. Namun PKS mengaku welcome saja atas kedatangan Obama untuk kali pertama ke Indonesia itu.


Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaq mengatakan, pihaknya mendukung kehadiran Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia. "Kehadirannya sebagai tamu negara. Kita wellcome. Kitapun mendukung saling kesepahaman antara Indonesia dan AS, untuk menuju Indonesia yang lebih baik," ujarnya di Kantor DPW PKS Lampung, di Bandarlampung, Minggu (14/3).

Mengenai pengamanan ekstra ketat, Luthfi mengharapkan agar jangan sampai melanggar hak-hak sipil. "Kita berharap semua berjalan lancar dan tidak mengganggu hak sipil. Mudah-mudahan ini sudah diantisipasi oleh pihak keamanan," kata dia, usai meresmikan ruang media DPW PKS Lampung.

Sedangkan terkait ancaman terorisme atas kehadiran Presiden AS itu, ia mengaku, berbagai hal tersebut diserahkan ke aparat keamanan. Selain itu, Luthfi juga berharap pihak keamanan untuk menangkap tersangka terorisme secara hidup. Sehingga bisa diurai jaringan mereka dan dapat diselesaikan secara hukum kasusnya.

"Masing-masing tersangka 'kan memiliki peran berbeda dan hukumannya pun beda, karena itu jika dimungkinkan untuk menangkap para tersangka dalam kondisi hidup," imbuhnya.

Ia menjelaskan, aksi yang dilakukan teroris, umumnya terkait perubahan di negeri ini dan cara mereka melakukannya seperti itu. "Karena itu, perlunya pendekatan persuasif. Represif bagi mereka yang melanggar hukum," tandas Luthfi.

PKS cenderung menginginkan tersangka terorisme untuk dibawa ke ranah hukum, ketimbang dieksekusi di lapangan. Kehadiran Presiden PKS ke Lampung untuk melakukan beberapa agenda, antara lain, konsolidasi kader dan pertemuan dengan bakal calon kepala daerah yang diusung partai tersebut. [*/jib]

Sumber : http://www.inilah.com/news/read/politik/2010/03/15/399882/presiden-pks-welcome-obama-ke-indonesia/

Kamis, 04 Maret 2010

Ukhuwah dalam Berjama'ah

Ikhwah fillah,

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa ketika muhajirin tiba di Madinah, Rasulullah SAW mempersaudarakan Abdurrahman bin ‘Auf dengan Sa’ad bin Ar-Rabi’. Sa’ad berkata kepada Abdurrahman, “Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya di kalangan Anshar. Ambillah separuh hartaku. Aku juga mempunyai dua istri. Maka lihatlah mana yang engkau pilih, agar aku bisa menceraikannya. Jika masa iddahnya sudah habis, maka nikahilah ia.”

Abdurrahman berkata, “Semoga Allah memberkahi bagimu dalam keluarga dan hartamu. Lebih baik tunjukkan saja mana pasar kalian.”

Demikianlah sebagian potret ukhuwah dalam bangunan jama’ah dakwah yang ideal. Sa’ad benar-benar memahami keterbatasan Abdurrahman bin Auf. Meskipun di Makkah Abdurrahman bin Auf adalah sudagar yang kaya raya, toh ia datang ke Madinah tidak membawa apapun. Hijrah lebih ia cintai walaupun resikonya adalah meninggalkan seluruh harta kekayannya. Namun, Abdurrahman bin Auf juga seorang sahabat yang tahu betul bahwa ia sanggup melakukan hal yang lebih baik, tanpa bermaksud menolak kebaikan Sa’ad. Ia tetap memberi kesempatan Sa’ad untuk berbuat baik padanya sebagai konsekuensi sebuah ukhuwah; menunjukkan pasar Madinah.

Ukhuwah seperti itu tidak hanya terjadi antara Sa’ad bin Ar-Rabi’ dengan Abdurrahman bin Auf. Ukhuwah seperti itu terjadi pada semua sahabat muhajirin dan ansar. Gambaran mereka seperti firman Allah SWT:

وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [الحشر/9]
Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Hasyr : 9)

Dan bangunan kemasyarakatan mereka seperti penjelasan Sayyid Qutb saat mengomentari QS. Al-Hujurat ayat 11: “Implikasi dari ukhuwah ini adalah hendaknya rasa cinta, perdamaian, kerja sama, dan persatuan menjadi landasan utama masyarakat muslim."

Begitulah. jamaah dakwah yang telah bermetamorfosis menjadi negara di atas tanah Madinah itu menjadi solid dan kuat. Kekuatan utamanya bertumpu pada keimanan. Lalu kekuatan ukhuwah. Ukhuwah yang senantiasa terjaga inilah yang menjamin berlangsungnya fase konsolidasi negara. Bersama-sama, mereka siap mempertahankan Madinah dari segala ancaman yang datang. Ukhuwah yang selalu terpelihara inilah yang menjamin kokohnya eksistensi Madinah. Bersama-sama, mereka siap melindungi dakwah dengan apapun yang mereka miliki.

Ikhwah fillah,
Ukhuwah merupakan hal yang sangat penting setelah akidah, bagi jamaah dakwah. Karenanya Hasan Al-Banna menempatkan ukhuwah sebagai salah satu dari rukun baiat. Beliau mengatakan :
وأريد بالأخوة أن ترتبط القلوب والأرواح برباط العقيدة ، والعقيدة أوثق الروابط وأغلاها ، والأخوة أخت الإيمان ، والتفرق أخو الكفر ، وأول القوة : قوة الوحدة ، ولا وحدة بغير حب , وأقل الحب: سلامة الصدر , وأعلاه : مرتبة الإيثار

Yang saya maksud dengan al-ukhuwah adalah hendaknya berbagai hati dan ruh berpadu dengan ikatan akidah. Akidah adalah ikatan yang paling kokoh dan mahal. Ukhuwah merupakan saudara keimanan, sedang perpecahan adalah saudara kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah persatuan. Tidak ada persatuan tanpa cinta kasih, sedangkan cinta kasih yang paling lemah adalah lapang dada dan puncaknya adalah itsar (mengutamakan orang lain dari pada dirinya sendiri).

Ukhuwah yang tulus, yang mendekati itsar atau bahkan mencapainya, akan menjadi faktor penyebab keteguhan serta kekokohan jamaah dakwah dalam menghadapi segala medan amal dan mihwar apapun. Sebaliknya, saat ukhuwah itu mulai pudar, bahkan salaamatush shadri pun tidak, akan membuat jamaah segera hancur, betapapun hebat slogannya dan betapapun tinggi cita-citanya.

Saat berada di mihwar tandzimi dan mihwar sya’bi, di mana jumlah kader dakwah tidak sebanyak sekarang, ukhuwah itu begitu terasa. Saat ada satu ikhwah sakit, semua ikhwah dalam satu daerah menjenguknya. Saat ada ikhwah yang tidak hadir sekali saja dalam halaqah, semua ikhwah dalam grup yang sama segera silaturahim padanya. Khawatir ada apa-apa dengannya atau keluarganya. Saat seorang ikhwah mendapatkan kebahagiaan, semuanya pun memberi selamat. Alat komunikasi masih sangat terbatas, tapi seakan-akan setiap kabar bisa begitu cepat sampai ke ikhwah yang lain. Apalagi saat ada yang menikah, subhaanallah. Luar biasa rasa ukhuwah itu.

Kini mihwar kita berbeda. Kita melangkah lebih jauh dalam perjalanan dakwah kita. Kita mengembangkan pengaruh dakwah yang lebih luas. Jumlah kader dakwah semakin banyak. Setiap waktu bertambah. Mihwar muassasi ini ditandai juga dengan penetrasi dakwah ke parlemen dan pemerintahan. Sebagian kader dakwah tersedot ke sana, dengan berbagai konsekuensinya.

Ukhuwah justru menjadi lebih penting pada mihwar ini. Ia sekaligus akan menjadi barometer kesiapan jamaah untuk memasuki fase berikutnya; mihwar daulah. Banyaknya kader dakwah dengan berbagai kesibukannya, seharusnya tidak menggerus nilai-nilai ukhuwah.

Ukhuwah dibangun di atas cinta dan kasih sayang

Ikhwah fillah,
Ukhuwah dalam berjamaah ini harus dibangun di atas cinta, di atas kasih sayang. Dalam bahasa Al-Qur’an disebut “ruhamaa’u bainahum” saling berkasih sayang dengan sesama mereka. Dengan ukhuwah yang dilandasi cinta inilah, orang mukmin dicemburui oleh nabi dan syuhada’; meskipun mereka bukan nabi dan buka syuhada’.

إن من عباد الله عبادا ليسوا بأنبياء يغبطهم الأنبياء والشهداء قيل : من هم لعلنا نحبهم ؟ قال : هم قوم تحابوا بنور الله من غير أرحام ولا انتساب وجوههم نور على منابر من نور لا يخافون إذا خاف الناس ولا يحزنون إذا حزن الناس ثم قرأ : { ألا إن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون
“Sesungguhnya, di kalangan hamba-hamba Allah ada beberapa orang yang bukan para nabi dan bukan syuhada, tetapi para nabi dan syuhada menginginkan kedudukan yang diberikan oleh Allah kepada mereka.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kabarkanlah kepada kami, siapakah mereka itu?” Rasulullah SAW bersabda, “Mereka adalah orang yang saling mencintai karena Allah, bukan karena hubungan kekerabatan diantara mereka. Juga bukan karena harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, wajah-wajah mereka adalah (seperti) cahaya dan mereka berada di atas cahaya. Mereka tidak merasa takut tatkala manusia ketakutan dan tidak bersedih hati tatkala manusia bersedih hati.” Kemudian Rasulullah SAW membaca (ayat), “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yunus : 62) (HR. Ahmad)

Ukhuwah yang dibangun di atas cinta kepada Allah ini juga mendatangkan cinta-Nya. Imam Malik dalam Al-Muwatha’ meriwayatkan sebuah hadits qudsi:

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَالْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ وَالْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ وَالْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ
Allah SWT berfirman, “Kecintaan-Ku akan didapat oleh orang-orang yang saling mencintai dan saling (menemani) duduk karena Aku, saling berkunjung karena Aku, serta saling memberi karena Aku.” (Al-Muwatha’)

Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِى قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِى فِى هَذِهِ الْقَرْيَةِ. قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لاَ غَيْرَ أَنِّى أَحْبَبْتُهُ فِى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. قَالَ فَإِنِّى رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ
Ada seseorang berkunjung kepada saudaranya di kampung lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk menghadang perjalanannya. Malaikat bertanya saat bertemu dengan orang tersebut, “Hendak ke manakah kamu?” Orang itu menjawab, “Aku mau ke (tempat) seorang saudaraku di kampung ini.” Malaikat bertanya, “Apakah ada kenikmatan yang ingin kamu dapatkan darinya?” Ia menjawab, “Tidak, (aku berkunjung kepadanya karena) aku mencintainya karena Allah SWT.” Malaikat berkata, “Sesungguhnya, aku ini utusan Allah kepadamu (untuk mengabarkan), bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu karena kamu mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Muslim)

Dengan dilandasi cinta, ukhuwah akan mendorong kaki kita melangkah silaturahim ke saudara kita. Terlebih ketika ia ada masalah atau terlihat mulai kendor tarbiyahnya. Dengan dilandasi cinta, ukhuwah akan menggerakkan lisan kita untuk mengingatkannya saat ia melakukan kekeliruan. Dengan dilandasi cinta, ukhuwah akan membawa diri kita untuk selalu mendoakan saudara-saudara kita; agar ikatan dakwah ini kekal dan agar segala problemnya mendapatkan solusi dari Allah.

Salaamatus shadr; tingkatan ukhuwah paling rendah

Tingkatan ukhuwah yang paling rendah adalah Salaamatus shadr; selamatnya hati dari berbagai prasangka buruk dan perasaan tidak enak terhadap sesama ikhwah. Ini adalah batas minimal ukhuwah, jika diterjang, maka ukhuwah itu terkoyak dan timbullah pertentangan dan perpecahan. “Kedua hal ini” kata Syaikh Muhammad Abdul Halim Hamid, “dapat mengantarkan jamaah pada kekalahan dan kehancuran.”

Banyak faktor dalam mihwar muassasi ini yang bisa menjadi stimulus munculnya su’udzan. Saat ada beberapa kader yang mulai berkantor di parlemen, misalnya. Lalu kelihatan ia pakai mobil baru, kader yang belum matang tarbiyahnya bisa kena penyakit ini. Namun bagi mereka yang tertarbiyah dengan baik, dengan mengedepankan ukhuwah ia akan melakukan tabayyun kepada qiyadahnya. “Oo.. itu dibelikan sama ayahnya karena kasihan kalo menantunya kepanasan. Menantunya kan sedang hamil, akhi” ternyata saat tabayyun, jawaban yang didapat benar-benar menenteramkan hati. Jadi jangan su’udzan dulu: “Baru ngantor beberapa hari sudah dapat mobil”. Astaghfirullah.

Ukhuwah itu juga perlu diterapkan saat saudara kita tidak datang liqa’ tanpa keterangan. Kalau ini bukan kebiasaannya, atau pertama kalinya, ikhwah yang lain perlu mencari 1000 alasan agar su’udzan-nya tidak muncul. Jangan buru-buru memvonis “HP-nya dimatikan, mungkin ia sengaja mengistirahatkan diri.” Tidak tahunya kalau ikhwah tadi kecelakaan, dan HP-nya terlindas truk. Na’udzubillah. Kita berlindung kepada Allah dari su’uzhan itu sebagaimana kita berlindung dari kecelakaan yang menimpa ikhwah kita.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ [الحجرات/12]
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. (QS. Al-Hujurat : 12)

Berupaya mencapai itsar, tingkatan tertinggi ukhuwah

Sa’ad bin Ar-rabi’ telah mengajarkan kita tentang itsar. Demikian pula seluruh kaum Anshar telah mempraktikkan itsar ini kepada muhajirin. Maka semakin kokohlah ukhuwah mereka, semakin solid gerakan mereka, semakin gencar dakwah mereka.

Ada pula kisah mujahid yang menjadi contoh itsar. Dalam sebuah jihad, ada seorang mujahid yang terluka. Ia kesakitan, lapar, dan haus. Datanglah bantuan padanya, segelas air. Namun ia mendengar ada mujahid lain di sampingnya. Ia berpikir, ini lebih parah. “Berikan saja air itu padanya, ia kelihatan lebih parah dari pada saya.”

Saat air itu diberikan kepada orang kedua, orang itu melihat mujahid di sampingnya lagi tampak lebih membutuhkan air dari pada dirinya. “Berikan padanya.” Mujahid yang ketiga ini juga melihat sampingnya. Mengutamakan orang lain dari pada dirinya. Akhirnya, mereka semua syahid.

Dengan tercapainya itsar, tidak mungkin jamaah dakwah tergoyahkan hanya karena jabatan publik. Dengan itsar, tidak mungkin jamaah dakwah terganggu hanya karena persoalan siapa yang ditunjuk menjadi caleg, siapa yang ditunjuk menjadi calon kepala daerah, atau calon menteri seperti pada hari ini.

Sebagai penutup, marilah kita renungkan nasehat Hasan Al-Banna ini:
تحابوا فيما بينكم ، واحرصوا كل الحرص علي رابطتكم فهي سر قوتكم وعماد نجاحكم ، واثبتوا حتى يفتح الله بينكم وبين قومكم بالحق وهو خير الفاتحين
Hendaklah kalian saling mencintai dengan sesama. Hendaklah kalian sangat peduli pada ikatan kalian, karena itulah rahasia kekuatan dan keberhasilanmu. Dan tetaplah tegar sehingga Allah memberikan keputusan dengan hak antara kalian dan kaummu. Dia adalah sebaik-baik Pemberi keputusan. (Risalah Bainal Amsi wal Yaum).

Wallahu a’alam bis shawab. [sumber: E-Book Taujih Pekanan Menuju Mihwar Dauli]

At-Tarbiyah wat Takwin Thariqunaa lit Tamkin

Ayyuhal ikhwah hafidzakumullah…

Puncak jihad siyasi dalam siklus lima tahunan telah kita lalui. Kita telah melihat hasil perjuangan kita dalam bentuk angka, namun nilai sebenarnya ada di sisi Allah SWT. Dan nilai itu tidak tergantung pada hasil akhir, tetapi yang lebih dinilai oleh Allah SWT adalah prosesnya; perjuangan kita, amal kita, jihad kita.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ [التوبة/105]
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,.." (QS. At-Taubah : 105)

Dengan demikian, kader dakwah yang telah beramal dan berjihad dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, bagi mereka pahala di sisi Allah SWT. Sementara bagi kader dakwah yang belum optimal dalam beramal masih ada kesempatan untuk membuktikan komitmennya pada dakwah.

Ikhwati fillah rahimakumullah,

Semakin padatnya aktifitas siyasi tidak boleh membuat kita mengesampingkan tarbiyah dan takwin. Memang setelah kita mengambil keputusan berjuang melalui jalur siyasi, setiap lima tahun tenaga dan dana kita dikuras minimal 4 kali; Pemilu Legislatif, Pemilu Pilpres, Pilkada Provinsi, dan Pilkada Kab/Kota. Belum lagi aktifitas parlemen dan eksekutif yang membutuhkan energi ekstra dan banyak menyedot waktu untuk berkiprah di sana. Itulah konsekeunsi dari Mihwar Muassasi yang kita jalani saat ini, dan ia akan meningkat lagi saat kita nanti memasuki mihwar Dauli. Yang perlu disadari adalah, justru dengan meningkatnya aktifitas siyasi, kita membutuhkan bekal tarbiyah yang lebih besar dan lebih banyak. Justru dengan semakin dekatnya mihwar daulah, kita memerlukan kualitas yang lebih baik dalam tarbiyah.

Lebih dari itu, jalan kita dalam menggapai kemenangan Islam adalah jalan tarbiyah. التربية والتكوين طريقنا للتمكين . Karenanya, Hasan Al-Banna, seorang pelopor kebangkitan umat dan pendiri Ikhwanul Muslimin menegaskan:

فاعلم أن الغرض الأول الذي ترمى إليه جمعيات الإخوان المسلمين (التربية الصحيحة ) : تربية الأمة على النفس الفاضلة والخلق النبيل السامي ، وإيقاظ ذلك الشعور الحي الذي يسوق الأمم إلى الذود على كرامتها والجد في استرداد مجدها وتحمل كل عنت ومشقة في سبيل الوصول إلى الغاية ..
Maka ketahuilah bahwa tujuan pertama yang digariskan oleh Ikhwanul Muslimin adalah tarbiyah shahihah, yakni pembinaan umat untuk mengantarkannya menuju kepribadian yang utama dan mentalitas yang luhur. Pembinaan -untuk membangun jiwa yang dinamis- itu ditegakkan dalam rangka merebut kembali kemuliaan dan kejayaan umat dan untuk memikul beban tanggung jawab di jalan yang mengantarkan kepada tujuan. (Risalah Hal Nahnu Qaumun Amaliyun)

Mengapa? Sebab tarbiyah akan membentuk dua unsur utama yang dibutuhkan dalam menegakkan Dinullah; para dai sebagai basis operasional dan masyarakat sebagai basis pendukung. Kita memerlukan para dai dalam jumlah yang banyak dalam rangka mempelopori perubahan Islami di masyarakat. Namun, tanpa masyarakat yang tersentuh dakwah, proyek itu tidak hanya tidak mendapat dukungan, bisa jadi malah akan ditentang dan dilawan.

Inilah yang tidak disadari oleh beberapa harakah Islam saat mereka menyeru penegakan khilafah tanpa melihat kesiapan masyarakatnya. Begitu seruan ini dimulai, masyarakat segera membuat tembok penghalang misi itu dan seketika menjadi lawan dakwah itu. Khilafah memang seketika didengar, tapi oleh telinga yang panas. Khilafah memang dikenal, tetapi dikenal sebagai sesuatu yang menakutkan dan angker. Akibatnya, kegagalan dakwah begitu banyak memenuhi lembar sejarah.

Pengalaman kita beberapa tahun terakhir juga mengajarkan hal yang sama. Meskipun suatu daerah telah dimenangkan oleh partai dakwah dan Kepala Daerahnya juga seorang ikhwah, tidak otomatis masyarakat mendukung pelaksanaan perda-perda Islami. Masyarakat masih belum siap untuk bersama-sama menegakkan Dinul Islam.

Tarbiyah dan Kader Dakwah
Saudaraku,
Bukankah tujuan kita dalam jamaah dakwah ini adalah dalam rangka bersama-sama menegakkan kalimat Allah? Tujuan yang sama dengan apa yang telah dilakukan oleh para sahabat dan salafus shalih serta para mujahidin fii sabiilillah,
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ [الأنفال/39]
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah (QS. Al-Anfal : 39)

Tujuan yang mulia ini tidak bisa terealisir kecuali ia dimulai dari orang-orang yang telah menyatu dengan tujuan itu. Dan bagaimana mungkin seseorang mengumumkan sebuah tujuan dan mengajak manusia menempuh jalan ke sana sementara ia tidak berada di jalan yang sama? Mengapa orang-orang Arab berbondong-bondong mengikuti Rasulullah SAW adalah karena mereka melihat kebenaran Islam dan melihat dengan mata kepala mereka sendiri keteguhan Rasulullah SAW dan para shahabatnya dalam menapaki jalan Islam. Sekali saja manusia melihat ketidakkonsistenan pada penyeru dakwah, mereka akan ragu dan mempertanyakan kebenaran dakwah.

Mereka yang istiqamah menjadi pengemban dakwah di masa Rasulullah SAW itu adalah mereka yang telah ditarbiyah Rasulullah SAW. Semakin intensif tarbiyah itu, semakin tinggi kualitas mereka. Maka sejarah mencatat, para assabiquunal awwaluun adalah orang-orang terbaik, dan dari merekalah lahir pemimpin-pemimpin umat. Semua khulafaurrasyidin adalah produk tarbiyah fase Makkah. Sahabat-sahabat yang mengikuti tarbiyah sejak di rumah Arqam bin Abi Arqam telah menjadi penggerak-penggerak utama dakwah. Semakin intensif tarbiyah itu, semakin tinggi kualitas mereka. Namun, intensifitas tidak sama dengan lamanya masa tarbiyah.

Tarbiyah adalah jalan kita dalam meraih kemenangan. Maka, sesibuk apapun kita dalam amal siyasi, tidak boleh membuat kita me-nomor dua-kan amal tarbawi. Saat kita melanggar prinsip ini, akan terjadi musykilah yang membuat kita semakin jauh dari kemenangan dakwah. Inilah yang terjadi saat kader dakwah sibuk dengan aktifitas-aktifitas politik, lalu ia mulai terlambah datang saat halaqah. Kemudian ia mulai tidak hadir dalam halaqah, sering absen. Perlahan-lahan, nuansa rabbani dalam dirinya akan hilang. Kegersangan ruhani mulai dirasakan. Futur pun melanda.

Bagaimana mungkin kita bisa menggapai kemenangan, jika kita tidak memenuhi syarat-syaratnya. Dan diantara syarat terpenting adalah tersedianya kader-kader rabbani dalam jumlah yang masif.

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ [آل عمران/146]
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut nya yang rabbani. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran : 146)

Maka, selepas Ramadhan ini kita perlu meningkatkan intensifitas kita pada amal tarbawi. Kita maknai bulan syawal yang berarti peningkatan ini dengan peningkatan kualitas aktifitas tarbawi kita. Wasailut tarbiyah (sarana-sarana tarbiyah) yang ada hendaklah dioptimalkan dan dipenuhi secara seimbang.

Halaqah
Halaqah sebagai sarana utama tarbiyah tidak boleh dilewatkan oleh seorang ikhwah, sesibuk apapun dia. Tanpa udzur syar'i, sakit misalnya, jangan coba-coba absen dari forum liqa' yang menjadi inti tarbiyah ini. Kedisiplinan mengikuti halaqah menjadi tolak ukur loyalitas kader pada dakwah. Dan, keseriusannya dalam halaqah menjadi bukti komitmennya pada dakwah.

Ikhwah yang benar tidak hanya selalu datang tepat waktu dalam halaqah. Tetapi ia juga telah menyiapkan diri dan memiliki bekal berupa pengamalan madah tarbiyah sebelumnya dan bersiap dengan madah tarbiyah selanjutnya. Ia juga sudah siap dengan seluruh barnamaij yang disepakati grupnya. Grup halaqah yang benar tentu memiliki barnamaij yang baik. Jangan sampai halaqah hanya sekedar berkumpul, bertemu, lalu membahas kondisi politik, setelah itu bubar. Tidak ada nilai ruhiyah. Malah menambah masalah. Bukan seperti itu.

Tilawah harus diperbaiki dalam halaqah, selain dalam forum lain yang lebih intensif. Materi tarbiyah yang diberikan Murabbi haruslah mengacu pada kurikulum tarbiyah, sehingga ia memiliki nuansa rabbani dan seimbang dalam memenuhi kapasitas yang hendak dibangun dalam tarbiyah. Taujih yang diberikan murabbi maupun yang disampaikan semua anggota grup diharapkan menjadi tazkiyah, sehingga selesai halaqah, ruhani mendapatkan apa yang dirindukannya; berupa ketenangan dan kesejukan jiwa. Pun, dengan mutabaah yang menjadi alat kontrol kualitas kita. Ia bukan buku yang harus ditakuti dan menjadi beban. Bersyukurlah. Dengan adanya mutabaah kita lebih stabil dan terjaga.

Mabit
Inilah sarana mensucikan jiwa kita. Inilah sarana tarbiyah ruhiyah yang sangat efektif untuk meng-up grade taqarrub kita kepada Allah SWT. Materi ruhiyah atau tazkiyatun nafs, qiyamullail, dzikir dan muhasabah dalam mabit ini sangat diperlukan oleh kader dakwah dalam rangka menuju kader-kader yang rabbani. Dalam kondisi normal, kita memerlukan mabit satu bulan sekali. Sungguh miris mendengar ungkapan kader dakwah yang merasa terbebani dengan aktifitas tarbawi seraya mengatakan (meskipun sambil bergurau): "Liqa' liqo'.... mobat mabit..."

Kita terlupakan tentang keberuntungan yang akan Allah anugerahkan kepada orang yang mensucikan jiwanya.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10) [الشمس/9، 10]
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams : 9-10)

Daurah
Sarana tarbiyah lainnya yang sangat penting adalah daurah. Kurikulum tarbiyah kita telah menentukan materi-materi yang perlu disampaikan melalui halaqah dan mana yang perlu disampaikan melalui daurah. Subhaanallah, kerja keras masayikh kita dalam merancang kurikulum dan madah tarbiyah adalah pekerjaan besar yang luar biasa. Kita tinggal menikmati, seraya mendoakan mereka. Semoga Allah memberikan pahala yang mengalir tiada terputus bagi mereka.

Daurah juga diperlukan untuk melakukan akselerasi tsaqafah kader dakwah. Jangan sampai kader dakwah tidak memahami Islam secara komperehensif. Jangan sampai kader dakwah tidak memiliki ilmu dasar tentang Al-Qur'an dan Sunnah. Jangan sampai kader dakwah tidak mengerti sirah nabawiyah, yang dari sana kita banyak mengambil fiqih dakwah. Dan jangan sampai kader dakwah tidak memahami fikrah dakwah jamaah ini. Itu semua bisa di-akselerasi melalui daurah.

Masih banyak wasailut tarbiyah seperti mukhayam, rihlah, dan lain-lain. Kiranya tiga sarana tarbiyah di atas menjadi perhatian utama kita dalam menyiapkan diri menjadi kader-kader dakwah.

Mentarbiyah Masyarakat
Sekarang ini banyak orang yang bergabung pasca pemilu. Mereka adalah simpatisan-simpatisan yang ingin memperdalam Islam dan mendapatkan bekal ruhiyah. Atau mereka yang mulai tersentuh dakwah dan memiliki azzam untuk berkontribusi dalam dakwah. Struktur dakwah yang ada, khususnya elemen tarbiyah, baik eleman tarbiyah daerah, elemen tarbiyah cabang, maupun elemen tarbiyah ranting hendaknya tanggap dengan hal ini dan bersegera menjemput mereka dan memasukkanyya dalam dakwah khas, masuk dalam lingkaran tarbiyah kader.

Adapun masyarakat secara umum, kita perlu memberikan tarbiyah dalam bentuknya yang umum. Di sinilah pentingnya kader menjalankan fungsinya sebagai dai. Dan kita membutuhkan jumlah yang sangat besar. Banyak daerah yang masyarakatnya membutuhkan mubaligh untuk memberikan taklim, mengajarkan Islam kepada mereka. Tetapi, ketersediaan kader dalam kapasitas seperti itu masih terbatas. Terlebih, setelah banyaknya Ustadz-ustadz kita yang mendapatkan amanah jabatan publik.

Bukan berarti kita berpikir secara salah bahwa para Ustadz harus ditarik lagi ke barak, agar kembali mengisi taklim-taklim, pengajian-pengajian, tabligh-tabligh, dan sebagainya. Mereka sudah tepat ada di jabatan publik sebab mereka orang-orang yang memiliki pemaham agama yang mumpuni. Bukankah pada masa Rasulullah, khulafaur rasyidin, bahkan kekhilafahan berikutnya para pemegang jabatan adalah orang-orang terbaik dalam agama?

Yang harus kita pikir dan lakukan adalah mencetak ustadz-ustdaz baru yang siap menggantikan mereka dalam mendakwahi umat secara massal seperti taklim dan tabligh. Sambil, dengan tenaga yang tersedia saat ini kita optimalkan untuk berinteraksi dengan masyarakat dan mendakwahi mereka. Kita membutuhkan masyarakat yang terwarnai dengan dakwah sama seperti kita membutuhkan suara dalam pemilu, bahkan lebih urgen lagi. Mengapa? Karena itulah sasaran dakwah ini. Mengubah masyarakat menjadi islami. Ishlahul mujtama'. Dan, hanya dengan adanya masyarakat yang mendukung program dakwah kita, kita bisa meraih kemenangan dalam mihwar muassasi ini, lalu memasuki mihwar dauli, dan menegakkan dinullah di muka bumi.

Wallaahu a’lam. [sumber: E-Book Taujih Pekanan Menuju Mihwar Dauli]

PKS: Minta Koalisi Tarik Menteri, Demokrat Ngambek

Fahri Hamzah (Foto: Koran SI)
JAKARTA - Permintaan partai Demokrat agar partai koalisi yang “membelot” segera menarik menterinya, ditanggapi enteng Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai bulan sabit kembar ini menilai, Demokrat ngambek dengan mengeluarkan ancaman itu.

“Kalau mereka (Demokrat) tidak mampu meyakinkan kami terus tiba-tiba bilang harus menarik menteri. Berarti mereka tidak dewasa, ngambek itu namanya,” kata anggota Pansus Angket Century dari Fraksi PKS Fahri Hamzah kepada okezone melalui telepon, Kamis (4/3/2010).

Sebelumnya, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman menyampaikan penghargaan terhadap pendapat ksatria partai koalisi di paripurna Rabu malam, meski hal itu berseberangan. Namun, Demokrat juga meminta agar partai-partai yang membelot ini segera menarik menteri-menterinya secara ksatria.

Fahri menyebut Hayono Isman tidak pernah membaca undang-undang maupun naskah kesepakatan koalisi. “Karena koalisi itu bukan sepihak. Tidak sepantasnya dia ngomong seperti itu,” imbuhnya.

Selain itu, kata dia, persoalan menteri sama sekali bukan urusan Partai Demokrat, melainkan persoalan antara Presiden dengan menteri-menterinya.

“Itu bukan urusan Demokrat dan bukan juga urusan PKS. Urusan kami hanyalah komunikasi di parlemen dan nyata-nyata mereka tidak bisa meyakinkan kami di level politik,” jelasnya.

Karena, menurut mantan aktivis ini, PKS akan tetap konsisten dengan persoalan yang dinilai cukup prinsipil. “Ini masalah kebenaran, tidak bisa dikait-kaitkan dengan koalisi,” katanya.
(ded)

Sumber : http://news.okezone.com/index.php/read/2010/03/04/339/308924/pks-minta-koalisi-tarik-menteri-demokrat-ngambek

Anis Matta Nilai Tak Perlu Ada Hak Menyatakan Pendapat



Jakarta - Paripurna DPR resmi memilih opsi C sebagai pilihan. Yakni proses Fasilitas pinjaman Jangka Pendek (FPJP) dan Penyertaan Modal Sementara (PMS) bermasalah. Apa langkah selanjutnya yang akan dilakukan DPR. Apakah menyatakan hak pendapat?

"Saya kira tidak perlu karena sudah pindah ke penegakkan hukum," jelas Anis di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (3/3/2010) malam.


Anis menjelaskan, setelah ini DPR akan membentuk tim pengawas, untuk mengawasi pelaksanaan oleh penegak hukum.

"Yang fungsinya untuk memantau rekomendasi pelaksanaan Pansus. Dan akan mengecek ada atau tidaknya masalah, setelah ditindaklanjuti penegak hukum," terangnya.

Bagaimana kalau tidak ditemukan masalah oleh penegak hukum? "Ya sudah. Kita sudah bilang, semuanya tergantung hasil penyelidikan lanjutan Pansus ini. Proses politik selanjutnya hasilnya tanggung jawab penegak hukum," tutupnya.

Sumber : http://www.detiknews.com/read/2010/03/04/001237/1310737/10/anis-matta-nilai-tak-perlu-ada-hak-menyatakan-pendapat