PKS Jaksel : Marni berjalan gontai, wajahnya tampak pucat setelah hampir setengah hari berjalan dari Monas ke HI, mengikuti massa PKS yang sedang menggelar aksi. Peluh mengecur deras dari wajahnya, membasahi pipinya yang tampak lusuh.
Dipundaknya bergelantung bayi mungil berusia dua bulan. Sekali-kali ditepuk-tepuknya bokong anak kesayangannya itu agar tak terbangun. Hatinya terenyuh melihat buah hatinya yang masih kecil, harus ia bawa-bawa mengikuti kemana saja kakinya melangkah, tak terkecuali saat harus memunguti satu demi satu sampah gelas dan botol air mineral bekas minum para demonstran yang tampak kekelahan.
Marni segera bergeser ke arah halte tepat di depan hotel Grand Hyatt, untuk menghindari arus massa PKS yang semakin menyesaki bundaran HI. Tangan kanannya menggenggam sekarung barang-barang bekas.
Direbahkan badannya di atas trotoar jalan, meski ribuan kader dan simpatisan PKS lalu lalang di hadapannya ia merasa bukanlah halangan. Jalanan sudah begitu akrab dengan kesehariannnya, duduk atau tiduran saat kelelahan di jalan sudah menjadi santapannya sehari-hari.
Meski tubuhnya teramat letih, namun hati marni tersenyum. Sekarung barang bekas berarti duapuluh ribu rupiah uang yang bisa ia peroleh dari hasil penjualan barang-barang tersebut. Hal ini sangat sulit ia peroleh setiap hari. Meski tidak berharap akan sering digelar aksi, keberadaan demontrasi PKS untuk rakyat Palestina, membuat dadanya dapat berbafas lega, karena akan ada makanan yang dapat ia bawa.
Suparman juga merasakan hal yang sama. Aksi-aksi yang digelar oleh PKS ia rasakan mendatangkan lebih banyak rizki. Buah-buah potong yang ia jual kerapkali habis di beli oleh para keder dan simpatisan PKS. Berbeda dengan hari-hari biasa, dagangannya masih tersisa meski gelap malam telah tiba. Pria yang ringgal di Tanah Abang ini pun bersyukur atas rupiah demi rupiah yang bisa ia kais saat aksi. .”Alhamdulillah habis, biasanya sampai malam juga masih ada,” tuturnya bahagia.
Tak hanya Marni dan Suparman, puluhan pedagang yang biasanya mangkal di Monas mungkin saja mengalami hal yang sama, Tukang baso, soto, gado-gado, lontong sayur sate pandang, siomai, minuman dan pedagang lainnya tumpah ruah di jalan bersamaan dengan para demonstran. Dagangan mereka pun tak tersisa diborong oleh massa.
***
Demontrsi bagi sebagian orang memang menghawatirkan. Batu, kayu dan benda-benda lainnya beterbangan ke udara oleh ulah para pengungjuk rasa. Tragedi berdarah pun kerap kali tak bisa dihindari, Namun bagi sebagian orang lainnya demontrasi adalah ladang untuk dapat memperoleh sesuap nasi. (adine)
Sumber : http://www.pks-jaksel.or.id/Article1859.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar