Hilmi Aminudin
(inilah.com /Dokumen)
(inilah.com /Dokumen)
INILAH.COM, Jakarta - Drama pemilihan Pimpinan MPR menjadi realitas politik yang menggetirkan bagi PKS. Klaim dukungan SBY terhadap Hidayat Nur Wahid sebagai kandidat Ketua MPR nyatanya tak terbukti. Inikah isyarat PKS dan partai-partai Islam bakal ditinggal?
Bisa jadi benar pernyataan kontroversial Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Ahmad Mubarok beberapa waktu lalu yang menegaskan, koalisi PDIP dan Partai Demokrat hanyalah pura-pura, tujuannya untuk menekan partai peserta SBY.
Setidaknya, pemilihan Ketua MPR akhir pekan lalu membuktikan, Partai Demokrat benar-benar memberi pelajaran berharga kepada partai koalisi dalam Pemilu 2009 lalu yaitu PKS. Karena klaim selama ini yang menyebutkan jagoan PKS Hidayat Nur Wahid menjadi pilihan SBY nyatanya tak terbukti.
Justru Partai Demokrat mensponsori kenaikan Taufik Kiemas sebagai Ketua MPR dengan memobilisasi partai koalisi pendukung SBY-Boediono. Buktinya, PKB yang pada awalnya berada di barisan PKS dengan mengusung paket pimpinan MPR 3-2 (tiga dari unsur DPR, dua dari unsur DPD) di tengah jalan membelot dan justru memilih di barisan pendukung Taufik Kiemas.
Padahal di paket ini, PKB sama sekali tak mendapat alokasi kursi pimpinan MPR. “Demi demokrasi dan kesetiaan untuk Indonesia, kami menyepakati untuk mendukung paket pimpinan yang diajukan oleh Partai Demokrat dan Partai Koalisi,” ujar anggota FPKB M Hanif Dakhiri, akhir pekan lalu.
Namun Ketua Majelis Syura DPP PKS Hilmi Aminudin membantah spekulasi yang berkembang perihal retaknya koalisi PKS dan Partai Demokrat dengan tidak didukung jago PKS dalam pemilihan Ketua MPR.
“Kedudukan bukan tujuan. Tidak ada masalah (tidak dukung Hidayat Nur Wahid oleh Partai Demokrat) yang penting kinerjanya semakin membaik,” tegasnya kepada INILAH.COM di Jakarta, Senin (5/10).
Terkait komitmen SBY dan PKS siap mendukung Hidayat Nur Wahid dalam pemilihan Ketua MPR yang nyatanya tak terbukti, Hilmi tak menyoal pengingkaran komitmen tersebut. Justru Hilmi menyebutkan, komitmen dalam politik tergantung peta politik yang berkembang. “Jadi tidak ada masalah. Kita bisa memahami masalah yang berkembang,” ujarnya.
Memang hal itu sejalan dengan pernyataan politik Presiden PKS Tifatul Sembiring sesaat setelah pemilihan Pimpinan MPR yang menegaskan pihaknya siap bahu membahu dengan pimpinan MPR dalam membangun bangsa. “PKS siap bahu membahu dengan Pimpinan MPR yang baru untuk membangun kemajuan dan kesatuan bangsa,” tandasnya.
Terkait kondisi partai peserta koalisi, peneliti LSI Burhanuddin Muhtadi menilai akan terjadi iritasi dalam koalisi pendukung SBY. Dampaknya koalisi menjadi cukup rapuh. “Manuver SBY dukung TK akan ciptakan iritasi serius. Koalisi menjadi sangat rapuh.
Parpol-parpol akan bersikap sesuai arah mata angin, terlepas apakah kader mereka dipilih sebagai anggota kabinet,” katanya seraya menyebutkan PKS dan PKB yang dalam pemilihan Ketua MPR lalu tak bisa berbuat banyak karena posisi politiknya cukup rendah di mata SBY.
Bola politik memang kini berada penuh di tangan Presiden SBY dan Partai Demokrat. Kondisi ini membuat ketergantungan politik yang tinggi bagi setiap partai politik baik pendukung maupun tidak dalam Pemilu 2009 lalu.
Dukungan politik terhadap Taufik Kiemas sebagai Ketua MPR sepertinya menjadi sinyal arah politik SBY ke depan dengan menggandeng lawan-lawan politik. Artinya, PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra sangat terbuka untuk terlibat dalam pemerintahan. Lalu bagaimana nasib partai politik Islam seperti PKS, PKB, dan PPP? [E1]
Sumber : http://www.inilah.com/berita/politik/2009/10/05/163808/pks-cs-gigit-jari-di-koalisi-sby/
Namanya Juga Politik... ter Kadang Jadi Teman,ter Kadang jadi musuh atau bisa2 malah musuh dalam selimut.. Cari teman yg abadi mah susah euy..
BalasHapusSo utk PKS pintar2 lah mencari teman, Teman yang mampu membawa kedalam Keberkahan Allah...Jangan sampai PKS di tinggalkan oleh Kader2nya ketika berteman dengan mereka yang Jauh dari keberkahan Allah