من كف لسانه ستر الله عورته ومن ملك غضبه وقاه الله عذابه ومن اعتذر إلى ربه قبل الله عذره [(ابن أبى الدنيا عن ابن عمر)جامع الأحاديث - (ج 21 / ص 368)]
Siapa yang menahan lidahnya, pasti Allah menutupi auratnya. Siapa yang dapat menahan amarahnya, pasti Allah melindungi dari siksa-Nya. Dan, siapa yang memohon ampunan kepada Allah, pasti Allah menerima permohonan ampunannya” (HR. Ibnu Abi Dunya dari Ibnu Umar: Jami'ul Ahadits juz 21 hal 368)
Ikhwah wa akhawat fiddin rahimakumullah...
Ada kisah menarik yang disampaikan Ibnu Katsir dalam menjelaskan asbaabun nuzul surat Al-Hujurat ayat 6. Ada seorang utusan Rasulullah SAW yang bernama Khalid bin Uqbah. Salah seorang utusan Rasul yang khusus bertugas mengambil zakat dari wilayah-wilayah yang menyatakan bergabung dengan pemerintahan Islam di Madinah, mengabarkan sesuatu kepada Rasulullah SAW Khalid mengatakan kalau ia hendak dibunuh oleh kaum yang telah menyatakan tunduk kepada Islam. (HR. Ahmad)
Siapa yang menahan lidahnya, pasti Allah menutupi auratnya. Siapa yang dapat menahan amarahnya, pasti Allah melindungi dari siksa-Nya. Dan, siapa yang memohon ampunan kepada Allah, pasti Allah menerima permohonan ampunannya” (HR. Ibnu Abi Dunya dari Ibnu Umar: Jami'ul Ahadits juz 21 hal 368)
Ikhwah wa akhawat fiddin rahimakumullah...
Ada kisah menarik yang disampaikan Ibnu Katsir dalam menjelaskan asbaabun nuzul surat Al-Hujurat ayat 6. Ada seorang utusan Rasulullah SAW yang bernama Khalid bin Uqbah. Salah seorang utusan Rasul yang khusus bertugas mengambil zakat dari wilayah-wilayah yang menyatakan bergabung dengan pemerintahan Islam di Madinah, mengabarkan sesuatu kepada Rasulullah SAW Khalid mengatakan kalau ia hendak dibunuh oleh kaum yang telah menyatakan tunduk kepada Islam. (HR. Ahmad)
Hampir saja, Rasulullah memerintahkan pasukan untuk menyerang kaum tersebut. Allah SWT mencegah Rasul melakukan kesalahan itu dengan menurunkan firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ [الحجرات/6]
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (QS. Al-Hujurat : 6)
Kisah lain adalah yang pernah dialami oleh istri Rasulullah SAW, Aisyah RA, di bulan Sya'ban tahun kelima Hijriyah. Saat itu, Aisyah mengalami kegelisahan luar biasa akibat fitnah yang disebarkan oleh kaum munafik di Madinah. Isunya tidak main-main: istri Rasulullah yang mulia ini dikabarkan telah selingkuh dengan seorang sahabat yang bernama Shafwan bin Mu'athal.
Cerita pun dirangkai apik oleh orang-orang munafik, seolah isu itu memang benar-benar terjadi. Mulai dari tidak tahunya sang suami, Rasulullah SAW, kalau Aisyah tidak pulang bersamanya dari suatu tempat dalam sebuah peperangan di Bani Mustahiq. Hingga, Aisyah yang tiba-tiba datang berdua dengan seorang pemuda ganteng. Itulah dia Shafwan bin Mu'athal.
Dengan cara apalagi Aisyah menjelaskan kalau dirinya tidak seperti yang diisukan, padahal tidak ada seorang saksi pun kecuali mereka berdua? Fitnah pun merebak begitu subur di seantero Madinah. Kalau saja bukan karena firman Allah SWT yang menegaskan kesucian Aisyah, mungkin fitnah akan menjadi petaka besar bagi dakwah Islam saat itu.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ [النور/11]
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Jangan kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa diantara mereka yang mengambil bagian terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab yang besar” (QS. An-Nur : 11)
Ayyuhal ikhwah...
Sedemikian dahsyatnya bahaya lidah. Ketajaman lidah jauh melebihi pisau dan pedang. Karena sekali ia beraksi, korbannya tidak cuma satu atau dua orang, melainkan bisa seluruh daerah, negara, bahkan jamaah sekalipun.
Islam mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati dengan ucapan.
مَنْ كَثُرَ كَلامُهُ كَثُرَ سَقَطُهُ ، وَمَنْ كَثُرَ سَقَطُهُ كَثُرَتْ ذُنُوبُهُ ، وَمَنْ كَثُرَتْ ذُنُوبُهُ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ [المعجم الكبير للطبراني - (ج 11 / ص 225)]
“Siapa yang banyak bicara maka banyak pula salahnya. Siapa yang banyak salahnya maka banyak pula dosanya. Dan siapa yang banyak dosanya maka api nerakan lebih utama baginya.” (HR. Thabrani : Al-Mu'jam Al-Kabir juz 11 hal 255)
من يضمن لي ما بين لحييه وما بين رجليه أضمن له الجنة [صحيح البخاري - (ج 5 / ص 2376)]
“Siapa yang memberi jaminan kepadku untuk memelihara diantara rahangnya (mulutnya) dan diantara kedua pahanya (kemaluan), niscaya aku menjamin baginya surga” (HR. Bukhari dalam Shahih Al-Bukhari juz 5 hal 2376)
Masih banyak hadits lain yang menekankan pentingnya berhati-hati dengan ucapan.
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah...
Dalam hidup berjamaah, kita dipaksa untuk bisa berinteraksi dengan banyak orang di sekeliling kita: antara sesama ikhwah, antara qiyadah dan jundiyah, atau sebaliknya. Dan, bukanlah anggota jamaah yang baik yang punya kecenderungan lebih asyik menyendiri daripada bersama.
Dalam interaksi kebersamaan itulah, apa pun tingkatannya, ucapan kita seperti pangkal sudut dari sebuah busur. Kita mungkin tidak akan menyangka kalau pengaruh yang ditimbulkan dari pergeseran sudut yang kita anggap kecil itu, punya pengaruh luar biasa di tingkat yang paling ujung. Semakin tinggi level kepemimpinan kita, kian besar pengaruh yang muncul di tingkat paling bawah.
Dalam era informasi seperti sekarang ini, perang tidak lagi cuma di medan pertempuran. Melainkan juga di dunia informasi. Sayangnya, terlalu banyak musuh yang menguasai media informasi dibanding yang dimiliki saudara-saudara kita.
Siang malam mereka membidik Anda, wahai para public figure, para qiyadah; untuk mencari-cari kelengahan Anda dalam hal ucapan atau statement. Sekali Anda keseleo lidah, apalagi tergelincir, hal itu akan menjadi pemusnah massal untuk keberlangsungan dakwah kita.
Para du'at yang dicintai Allah...
Untuk kita yang ada di level bawah, para jundi yang senantiasa menjaga konsistensi dan ketaatan karena Allah; ucapan juga bukan perkara yang bisa dianggap sederhana. Mari kita berlatih untuk senantiasa berpikir positif terhadap setiap kebijakan yang turun. Selalu berpikir positif ini akan memberikan energi baru dalam setiap medan amal yang mesti kita tuntaskan.
Sebaliknya, berpikir negatif akan menumbuhkan begitu banyak persangkaan buruk. Tak ubahnya seperti alang-alang di sebuah pekarangan rumah. Semakin lebar dan liar alang-alang, kian banyak hama, binatang berbisa, dan penyakit yang muncul.
Kelanjutan dari cara berpikir negatif, akan menyuburkan komentar-komentar dan perdebatan-perdebatan yang kurang produktif. Saat itulah, ketajaman lidah bisa membelah sebuah persaudaraan dan soliditas jamaah yang sama-sama kita cintai ini. Allah SWT mengingatkan kita untuk berhati-hati tentang masalah ini. Allah SWT berfirman:
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ [الأنفال/46]
“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal : 46)
Saudara-saudaraku yang dicintai Allah...
Memang, tidak mudah membangun sebuah kebersamaan dalam setiap keadaan. Selalu saja muncul tarikan-tarikan, godaan-godaan yang membuat kita lengah untuk memegang ikatan dakwah yang mulia ini.
Mari kita jaga lidah kita agar tunduk dalam irama amal jama'i yang telah begitu lama kita bangun. Latih dia untuk senantiasa melangkah ke kanan. Dan diamkanlah lidah kita jika tingkahnya sudah mulai ke kiri.
Begitu tegas apa yang telah dinasihatkan Rasulullah yang telah dinasihatkan Rasulullah SAW kepada kita semua. Rasul SAW bersabda:
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت [صحيح البخاري - (ج 5 / ص 2240)]
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah berkata yang benar, atau diam” (HR. Bukhari juz 5 hal 2240 dan Muslim juz 1 hal 68)
dari blog --> muchlisin.blogspot.com [Sumber : buku Taujih Pekanan jilid 2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar