Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 31 Agustus 2009

Urgensi Syahadat (2)

Landasan Perubahan (Asas Al-inqilab)

Bagi umat manusia yang semenjak awal hidupnya telah dituntun oleh syahadat dan dibimbing Islam, syahadat merupakan tonggak dan memandu jalan. Namun bagi umat manusia yang telah tersesat jalan, syahadat adalah prinsip yang menjadi titik tolak perubahan, baik secara individual maupun kolektif, menuju kehidupan yang sesungguhnya dikehendaki oleh sang Khaliq.

Syahadat mengubah manusia secara total, karena terdapat prinsip dasar yang mengubah cara pandang manusia akan hakikat diri, alam semesta, dan tuhannya. Ibaratnya, syahadat membuat orang kafir kembali dilahirkan untuk kedua kali, karena ia mendapati kehidupannya yang sama sekali baru. Masyarakat jahiliyah yang telah sedemikian pekat kesesatan mereka, berhasil diubah oleh Nabi SAW dengan syahadat ini, baik orang per orang maupun masyarakat secara umum.


Perubahan Individual

Dalam konteks individual, bisa kita saksikan perubahan total yang terjadi pada masing-masing pribadi sahabat Nabi SAW. Umar bin Khattab yang selama masa jahiliyahnya begitu banyak melakukan kejahatan, setelah mengikrarkan kalimat syahadat, akhirnya berubah menjadi seorang Umar yang salih dan pembela kebenaran Islam. Sebelum Islam, Umar hanya dikenal sebagai jawara gulat yang selalu menjadi bintang di pasar Ukazh. Ia juga pembunuh salah satu anak perempuannya, pemabuk, pembenci Rasulullah dan para pengikutnya, hingga dikisahkan bahwa kejahatannya seorang diri lebih menakutkan dibanding kejahatan kaum Quraisy seluruh Makkah. Setelah beliau bersyahadat, lahirlah Umar dengan sosok yang dulu namun dengan kepribadian dan cara pandang yang berubah total.

Setelah bersyahadat, ia merupakan pembela Islam yang amat tangguh, pengasih sesama Muslim, pembeda antara yang hak dan yang batil, hingga mendapatkan julukan Al-Faruq. Ia merupakan manusia yang karena keimanannya yang teguh ditakuti bukan saja oleh orang kafir, bahkan setan pun lebih memilih jalan lain jika berpapasan dengan Umar. Ia juga yang didoakan Rasulullah agar masuk Islam, karena padanya terdapat kekuatan yang berarti bagi dakwah. Akhirnya, manusia yang sejarah masa lalunya penuh dengan cerita kelam itu, dengan syahadat bahkan akhirnya menjadi khalifah, amirul mukminin, di mana posisi itu tidak diberikan kepada semua orang.

Umar adalah contoh paling nyata sabda Rasulullah SAW,
“Sebaik-baik kalian di masa jahiliyah adalah sebaik-baik kalian di masa Islam” (HR. Ahmad)

Khalid bin Walid yang dahulu sedemikian gigih memerangi Islam semenjak di Makkah hingga hijrahnya Nabi ke Madinah, begitu membaca syahadat dan masuk Islam, berubah total menjadi pejuang kebenaran dan Islam hingga mendapatkan julukan Saifullah Al-Maslul (Pedang Allah yang terhunus). Pada perang Badar, Uhud, dan Khandaq, ia masih berperang melawan kaum muslimin. Pada tahun 8 H, Khalid baru masuk Islam, dan ia pantang meletakkan pedangnya yang basah oleh darah kaum muslimin karena harus menebus kesalahannya. Kini pedangnya itu basah oleh darah orang-orang kafir, karena ia bertempur di pihak kaum muslimin. Lihatlah, bagaimana ia menjadi pembela Islam setelah mengucap syahadat.

Ketika berkecamuk Perang Muktah, Khalid hanyalah prajurit biasa. Ia ikut berperang di bawah pimpinan tigas panglima Islam, Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah. Atas kehendak Allah, satu per satu panglima Islam tersebut syahid di medan Muktah. Ketika panji perang diambil oleh Tsabit bin Arqam untuk diangkat tinggi-tinggi agar kaum muslimin tidak kacau balau. Dengan gesitnya, Tsabit melarikan kudanya menuju Khalid bin Walid, sembari menyerahkan bendera kepadanya.

“Peganglah panji ini, wahai Abu Sulaiman!” kata Tsabit.

“Aku tidak pantas memegangnya, Andalah yang lebih berhak, karena Anda lebih tua dan telah menyertai Perang Badar,” jawab Khalid.

“Ambillah, engkau lebih tahu siasat perang dari pada aku, dan demi Allah, aku tidak akan mengambil panji perang ini kecuali untuk aku serahkan kepadamu.”

Setelah berkata demikian, Tsabit berseru kepada pasukan Islam, “Bersediakah kalian dipimpin oleh Khalid?” Serempak pasukan Islam menjawab, “Bersedia!” Akhirnya diambillah bendera perang tersebut dan Khalid memimpin pasukan Islam dengan gagah perkasa, dilandasi oleh pengalaman perang yang telah ia miliki sebelumnya. Inilah pembalikan total pada diri Khalid, dan musuh Islam yang banyak membunuh kaum muslimin dalam berbagai peperangan, hingga menjadi seorang panglima perang Islam.

Thufail bin Amr Ad-Dausi, seorang pemuda yang terlahir dari keluarga terhormat. Ia sering peringatan dan keluarganya, agar sekali-kali tidak mendengar perkataan Muhammad. Keluarganya selalu khawatir kalau Thufail menjadi pengikut Muhammad. Setiap Thufail ke Kakbah selalu menutup kedua telinganya dengan kapas, agar tidak mendengar perkataan Muhammad. Akan tetapi, takdir Allah menghendaki, suatu saat ketika di dekat Kakbah ia mendengar sebagian apa yang dibaca oleh Nabi SAW.

Sebagai ahli syair, Thufail bisa membedakan mana kalimat yang indah dan tidak indah. Begitu mendengar sebagian bacaan Rasulullah SAW tatkala shalat, bertambah kuatlah keinginannya untuk mengetahui ajaran Islam. Segera ia datang ke rumah Nabi dan meminta agar mendapatkan menyampaikan beberapa kalimat dan membacakan beberapa ayat Al-Qur’an. Demi mendengar penjelasan Nabi, tidak ragu lagi Thufail segera masuk Islam dengan membaca kalimat syahadat di depan Nabi SAW.

Lihatlah, bagaimana perubahan besar terjadi dalam dirinya! Baru saja ia mengucap dua kalimat syahadat, yang terbayang di benaknya adalah kewajiban untuk mendakwahi keluarga dan lingkungannya agar masuk Islam. Bergegas ia pulang kampung halamannya untuk menunaikan tugas besar tersebut. Orang yang pertama kali dijumpainya adalah bapaknya, untuk disampaikan kebenaran Islam. Luar biasa, tugas dakwah pertama ini berhasil. Bapaknya masuk Islam atas izin Allah, setelah mendengar keterangan Thufail. Orang kedua yang ia temui adalah ibunya dan disampaikan kalimat dakwah. Kembali ia berhasil melaksanakan tugas dakwah, ibunya pun segera masuk Islam.

Dakwah berlanjut kepada istrinya. Subhanallah, keterangan Thufail telah membuat istrinya berketetapan hati untuk masuk Islam. Selesailah tugas dakwah yang besar di lingkungan keluarganya sendiri. Bapak, ibu, dan istrinya telah masuk Islam. Thufail tidak berhenti. Segera ia sebar luaskan dakwah kepada tetangga dan seluruh masyarakat Daus. Betapa sedih hatinya tatkala dakwah kali ini tidak ada yang menyambut. Tidak ada masyarakat Daus yang mau masuk Islam atas dakwahnya, kecuali Abu Hurairah.

Segera Thufail pergi ke Makkah dan menjumpai Nabi SAW. ia berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidak kuasa menghadapi banyaknya perjudian dan perzinaan di Desa Daus. Mohonkanlah kepada Allah agar Dia menghancurkan penduduk Daus.” Tetapi apakah yang dilakukan Nabi? Segera beliau menengadahkan tangan sembari memohon kepada Allah, “Ya Allah, berilah petunjuk kepada penduduk Daus dan datangkanlah mereka kepadaku dengan memeluk Islam.” Setelah itu, beliau bersabda, “Kembalilah engkau kepada kaummu, dakwahilah mereka dan bersikap lembutlah kepada mereka.”

Ucapan Nabi pada pertemuan kedua ini amat menakjubkan bagi diri Thufail. Kata-kata yang amat indah, mencerminkan kepribadian yang amat luhur. Segera ia kembali ke kampung halamannya dan kembali melakukan dakwah kepada masyarakat Daus. Hari berganti hari, hingga Nabi SAW melaksanakan hijrah ke Madinah dan terjadilah Perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Pada saat Nabi SAW berada di Khaibar –setelah negeri itu sudah dikuasai kaum muslimin- satu rombongan besar penduduk Daus datang menghadap Nabi untuk menyatakan masuk Islam.

Subhanallah, ketekunan dakwah Thufail kembali membuahkan hasil. Delapan puluh kepala keluarga beserta seluruh penghuni rumahnya menghadap Nabi dan mengucapkan syahadat di depan beliau. Inilah contoh perubahan besar pada orang yang telah berikrar syahadat. Baru saja Thufail masuk Islam, ia segera bergerak tanpa menunggu besok, untuk mengajak orang lain menuju keindahan Islam. Syahadat adalah awal mula perubahan yang besar pada diri Thufail bin Amr ad-Dausi.

Kalimat Laa ilaaha ilallah telah membongkar mentalitas dan kejiwaan setiap manusia, dari penghambaan kepada sesama manusia dan penghambaan kepada benda-benda, menuju penghambaan hanya kepada Allah semata. Inilah kunci perubahan total yang terjadi pada individu dan masyarakat. Penghambaan kepada benda-benda telah membuat manusia menjadi hina dan tiada berharga, menyebabkan manusia menjadi kehilangan harkat kemanusiaannya.

Perubahan Sosial

Dalam konteks sosial, bisa kita saksikan perubahan total yang terjadi pada masyarakat paganis penyembah berhala di masa Nabi dibangkitkan. Di masa jahiliyah, mereka saling bermusuhan satu dengan yang lain, saling bermusuhan satu dengan yang lain, saling merampas hak, pencurian dan perampokan merajalela, gemar melakukan pembunuhan terhadap anak-anak perempuan, perzinaan dan mabuk-mabukan menjadi tradisi yang berkembang luas. Setelah mereka dicelup dalam shibghah Islam, terjadilah perubahan total.

Masyarakat Islam yang terbentuk setelah diutusnya Nabi SAW, diliputi oleh cinta dan kasih sayang sesama mereka, saling menjaga hak, menjaga martabat kemanusiaan, mengangkat dan memberikan penghormatan kepada kaum perempuan yang semula direndahkan, dan mereka tunduk kepada aturan Allah SWT dalam segala aspeknya. Tradisi minum khamr yang selama bertahun-tahun menjadi kebiasaan hidup masyarakat jahiliyah, masih terbawa pada sebagian masyarakat Islam. Namun begitu turun ayat-ayat yang melarang minum khamr, serentak masyarakat Islam meninggalkannya, tanpa ada yang membantah dan melanggar.

Anas bin Malik, seorang budak dari Abu thalhah, sat itu sedang melayani tamu-tamu tuannya, diantaranya Ubai bin Ka’ab, Suhail bin Baidha, Abu Ubaidah, dan lain-lain. Tiba-tiba ada yang mengabarkan bahwa telah turun ayat yang mengharamkan minum khamr. Sat itu pula para sahabat yang memegang botol minuman langsung memecahkannya, yang sudah melekatkan gelas di bibirnya langsung membuangnya dan yang telah terlanjur meminumnya memasukkan jari tangannya ke dalam mulut agar dapat memuntahkannya kembali. Simpanan-simpanan khamr yang ada di rumah langsung dibuang di jalan-jalan. Madinah, laksana banjri khamr. Mereka keluar rumah dan berteriak, “kami telah tinggalkan, wahai tuhan kami! Kami telah tinggalkan, wahai tuhan kami!”

Kaisaan, seorang sahabat pedagang khamr datang dari negeri Syam sambil membawa khamr dalam beberapa kantong kulit untuk dagangan. Dia menghadap Rasulullah SAW sambil membawa khamrnya.

“Wahai Rasulullah, aku datang membawa untukmu minuman yang lezat.” Rasulullah SAW menjawab, “Wahai Kaisaan, khamr telah diharamkan sepeninggalmu.” “Lalu apa boleh saya menjualnya, wahai Rasulullah?” tanya Kaisaan. “Ia telah diharamkan diminum dan diharamkan untuk diambil harganya,” jawab Rasulullah SAW.

Segera Kaisaan keluar mengambil kantong-kantong khamr dagangannya dan ditendangnya kuat-kuat hingga hancur berantakan.

Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari pekerjaan-pekerjaan itu). (QS. Al-Maidah : 91)

Dengan pengumuman itu, orang-orang yang semula di tangannya masih memgang botol dan gelas berisi minuman keras segera membuangnya; yang di dalam mulutnya ada seteguk arak segera memuntahkannya; yang masih menyimpan persediaan arak di rumah-rumahnya segera mengambil untuk membuangnya. Semua orang berseru, “Wahai tuhan kami, kami telah berhenti!” sebagai jawaban atas perintah Allah, …Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al-Maidah : 91)

Demikianlah, perubahan dan pembalikan total terjadi pada masyarakat setelah mengikrarkan kelimat syahadat. Mereka mudah menerima dan melaksanakan aturan yang Allah berikan, tanpa tawar-menawar, tanpa keberatan, dan tanpa penolakan. (bersambung ke Urgensi Syahadat (3))

dari blog : http://muchlisin.blogspot.com/2009/05/urgensi-syahadat-2.html [sumber: Buku Seri Materi Tarbiyah; Syahadat dan Makrifatullah]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar