Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Rabu, 09 September 2009

SBY Pilih Hidayat atau TK?

R Ferdian Andi R
Susilo Bambang Yudhoyono
[inilah.com /Agung Rajasa]


INILAH.COM, Jakarta - PDIP dan PKS kini kembali 'berseteru'. Pemicunya kali ini adalah jabatan ketua MPR. Dua partai itu berebut pengaruh dengan saling mengklaim bahwa pencalonan kadernya sebagai ketua MPR telah direstui SBY. Adakah agenda terselubung di balik persaingan dua partai yang berbeda ideologi itu?


Di atas kertas, secara ideologi PDIP dan PKS jelas berbeda. Meski, menjelang Pemilu 2009 keduanya sempat saling lirik untuk menjajaki koalisi, kondisi kontras justru terjadi pasca Pemilu Presiden 8 Juli lalu. Terutama di tengah upaya PDIP dan SBY menjalin komunikasi untuk koalisi, PKS menjadi satu-satunya partai koalisi SBY-Boediono yang menolak keras keterlibatan PDIP di pemerintahan SBY. PDIP bahkan dituding 'berselancar di atas keringat orang lain'.


Kini kedua partai tersebut kembali ditakdirkan untuk berhadap-hadapan. Masalah sentralnya adalah perebutan posisi ketua MPR. Soal kursi ini, PDIP jauh lebih awal dalam bermanuver. Jauh sebelum pemilu presiden berlangsung, beberapa elit PDIP telah sowan ke SBY untuk mengusulkan Taufik Kiemas menempati ketua MPR.

"Dulu Taufik Kiemas, Puan Maharani, dan Tjahjo Kumolo sudah ketemu dengan Pak SBY. Pertemuannya sebelum Ibu Mega mencalonkan (diri sebagai capres)," ujar Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Ahmad Mubarok.

PDIP sendiri terkesan percaya diri untuk maju dalam perebutan kursi ketua MPR. Suara bulat di internal PDIP mendukung pencalonan Taufik Kiemas untuk maju meraih posisi itu. Anggota Deperpu PDIP AP Batubara yang selama ini dikenal menolak gagasan koalisi PDIP dengan SBY bahkan mengaku tak masalah jika Taufik Kiemas maju menjadi ketua MPR meski didukung Partai Demokrat.

"Itu tidak bisa dihubungkan, MPR bukan pemerintahan. Itu sebabnya, kalau untuk posisi ketua MPR dalam rapat di Teuku Umar Selasa lalu, saya setuju. Tapi kalau untuk koalisi, nanti dulu," kata AP Batubara. "Oleh karena itu saya tegas, kalau sampai (PDIP dan Partai Demokrat) kolaisi, saya akan keluar dari PDIP!"

Untuk urusan pencalonan Taufik Kiemas, Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo pun telah sowan di kediaman Megawati Soekarnoputri. Meski dibantah, namun sulit juga ditepis bahwa pertemuan tersebut membahas soal pencalonan Taufik Kiemas sebagai ketua MPR. "Kesepakatan Pak TK untuk menjadi ketua MPR sudah 100% disetuju. Nama Pak TK muncul sejak RUU Susduk dibahas," klaim Ketua PDIP MS Effendi Simbolon.

Sementara di pihak lainnya, PKS juga bakal mempertahankan kursi ketua MPR yang kini dijabat oleh kader PKS, Hidayat Nur Wahid. Menurut Sekjen PKS Anis Matta, pihaknya dari awal mengincar posisi ketua MPR, bukan karena pencalonan Taufik Kiemas. "Dari awal kita merencanakan itu (ketua MPR, red)," ujar Anis di gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (8/9).

Lebih lanjut Anis menyebutkan, rencana Hidayat Nur Wahid maju kembali sebagai ketua MPR merupakan bagian dari salah satu komitmen PKS dengan SBY. "Sudah, diputuskan di dewan pengurus tingkat pusat. Saya ada dalam pertemuan itu (SBY dengan PKS). Belum ada perubahan sampai saat ini. Itu masih seperti komitmen semula," tegasnya.

Anis yang disebut-sebut bakal mengisi posisi Wakil Ketua DPR itu, optimistis SBY akan memberikan dukungan kepada PKS untuk maju kembali sebagai ketua MPR, karena PKS merupakan peserta koalisi SBY-Boediono. Justru ia menilai, dukungan SBY terhadap Taufik Kiemas belum jelas.

PDIP menegaskan, pencalonan Taufik Kiemas tak hanya sekadar merebut posisi penting itu. Namun, misi utama PDIP untuk mengawal konstitusi. Adalah Ganjar Pranowo yang menegaskan bahwa pencalonan Taufik, selain karena senioritasnya, juga karena Taufik dianggap mampu mengawal konstitusi. "Pak Taufik dapat mengawal konstitusi," cetusnya.

Memang secara ideologis, PDIP dalam blue print partainya menandaskan diri sebagai partai nasionalis yang teguh mempertahankan NKRI, Pancasila, dan UUD 1945. Sedangkan PKS adalah partai Islam yang belakangan banyak mendapat tuduhan menjadi partai eksklusif. Jika kondisinya demikian, perebutan kursi ketua MPR tak lebih dari sebuah pertarungan ideologi nasionalis versus islamis? lalu siapa yang bakal dipilih SBY? [P1]

Sumber : http://pemilu.inilah.com/berita/2009/09/09/153222/sby-pilih-hidayat-atau-tk/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar